Pengantar
Publik speaking atau berbicara kepada umum merupakan
suatu kegiatan yang berintikan pada interaksi sosial. Interaksi sosial
merupakan suatu hubungan dimana terjadi proses saling memengaruhi antara para
individu, antara individu dengan kelompok, maupun antarkelompok. Proses
interaksi demikian merupakan salah satu lingkup sosiologi sebagai ilmu dan juga
sosiologi komunikasi sebagai salah satu pengkhususannya.
Sosiolgi merupakan suatu ilmu yang menelah dan
menganalisis kehidupan bersama manusia serta akibat-akibatnya yang mungkin
dilanjutkan dengan suatu proyeksi. Interaksi sosial sebagai suatu lingkup
sosiologi berintikan pada komunikasi sehingga sudah sewajarnya apabila tumbuh
pengkhususan dalam wujud sosiologi komunikasi.
Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa aspek
sosiologi komunikasi yang berkaitan erat dengan publik-speaking. Artinya,telah
akan ditunjukan pada masalah – masalah sosiologi komunikasi yang perlu
dipertimbakan oleh seseorang atau suatu pihak yang berbicara kepada umum. Dasar
uraian ini adalah semata – mata pengalaman sebagai pendidikan dan pengajar yang
dalam pekerjaan sehari-hari banyak berhubungan dengan umum khususnya sivitas
akademika dan pihak-pihak lainnya dalam rangka pengabdian masyarakat. Oleh
karena itu, hal – hal yang bersifat teoretis konsepsional tidak akan ditemukan
dalam tulisan ini.
2. Khalayak yang Dihadapi
Seorang publik speaking akan menghadapi khalayak
tertentu, yang terdiri lebih dari satu orang dengan jumlah maksimal yang
kadang-kadang tidak dapat ditentukan batas-batasnya. Kadang-kadang khalayak
tersebut mempunyai derajat heterongenitas (keanekaragaman) yang relatif tinggi
sehingga kemungkinan menghadapi khalayak yang benar-benar homogen secara sempurna
hampar-hampir tidak terjadi. Heterogenitas itu mungkin ada dilihat dari sudut
kebudayaan khusus yang dianut, orientasi politik yang berbeda, latar belakang
pendidikan informal dan formal yang berlainan,agama yang tidak sama, suku yang
tidak seragam, dan seterusnya.
Sejalan dengan taraf heterogenitas umum yang relatif
tinggi,sedang atau rendah tersebut, khalayak yang dihadapi mungkin juga
mempunyai masalah yang berbeda. Dalam hal ini biasanya ada kemungkinanbahwa
dalam hal-hal tertentu ada masalah – masalah umum yang dialami oleh khalayak
tersebut,yang dipergunakan sebagai patokan umum untuk memberikan public
speech.
Tidak mustahil bahwa khalayak yang dihadapi mempunyai
taraf kecerdasan yang berbeda – beda. Salah satu akibatnya adalah bahwa taraf
kemampuan untuk memahami hal-hal yang disampaikan oleh pembicara juga berbeda.
Hal ini tidak saja disebabkan karena latar belakang pendidikan, tetapi juga
karena pengalaman dan taraf peluang pergaulan yang terbatas.
Karena khalayak terdiri dari orang banyak,sulit
diciptakan hubungan batiniah antara pembicara dengan khalayak. Dengan
demikianlah, hubungan antara pembicara dengan khalayak biasanya bersifat
impersonal.Khalayak hanya mengenl pembicara sebagai orang dalam fungsi
tertentu, misalnya, sebagai juru penerang di bidang Keluarga Berencana,
penyuluh hukum, penyuluh pertanian, dan lain sebagainya. Dalam batas – batas
tertentu pun pembicara mengenal khalayak hanya dari permukaan belakang sehingga
kepribadian masing – masing berada di luar jangkauan pengetahuanya. Dengan
demikian, pembicara tidak mungkin memenuhi kepentingan semua pihak yang
merupakan khalayak tersebut.
Dalam menghadapi khalayak yang beranekaragam latar
belakangnya seorang pembicara harus mampu membuat tolak ukur yang seragam
terlebih dahulu. Di antara sekian banyaknya perbedaan, pasti akan ada hal – hal
yang sama. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah meminta data mengenai
khalayak yang akan dihadapi (artinya, sebelum publik speaking berlangsung).
Tidak perlu dicari data yang lengkap;cukup beberapa catatan awal saja sehingga
pembicara tidak buta sama sekali mengenai orang-orang yang dihadapinya.
3. Usaha Agar Khalayak Menjadi Pendengar yang Aktif
Seseorang pembicara pertama – tama harus mengusahakan
agar khalayak menjadi pendengar yang baik. Sudah tentu bahwa tidak mungkin
mengusahakan semua orang menjadi pendengar yang baik; yang penting adalah bahwa
sebagian besar menjadi pendengar yang baik sehingga dapat menetralkan
gangguanyang berasal dari orang – orang yang hadir karena iseng belakang.
Kemampuan untuk mendengarkan pembicaraan orang dengan
baik, merupakan salah satu landasan bagi adanya pemahaman. Pertama-tama seorang
pembicara harus dapat memberikan “pengantar”yang menarik perhatian khalayak
,yang hanya dapat dilakukan apabila pembicara terlebih dahulu telah memperoleh
data awal mengenai khalayak yang dihadapinya. “Pengantar” yang menarik tersebut
bertujuan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan terutama bagi khalayak.
Suasana yang menyenangkan ini biasanya terjadi apabila khalayak merasa dirinya
dihargai oleh pembicara. Rasa dihargai itu timbul apabila pembicara dapat
mengidentifikasikan dirinya dengan khalayak. Identifikasi ini tidak akan
mungkin terjadi apabila sejak semula timbul kesan, bahwa pembicara menempatkan
diri pada posisi yang lebih tinggidari khalayak. Kesan ini timbul apabila
semenjak semula pembicara membanggakan dirinya secara berlebih-lebihan.
Biasanya hal ini terjadi pada waktu pembicara memperkenalkan dirinya.
Akan tetapi, kadang – kadang pembicara perlu menempatkan
dirinya pada posisi yang lebih tinggi. Namun, hendaknya hal itu dilakukan hanya
sebagai taktik saja, karena kadang-kadang yang dihadapi adalah khalayak yang
semenjak semula menganggap bahwa ceramah yang akan diberikan (misalnya) tidak
penting. Kadang – kadang dijumpai juga khalayak yang menganggap pembicara
adalah orang yang “baru” muncul dari bidangnya sehingga masih berstatus pemula.
Langkah kedua yang perlu dilakukan agar khalayak
mendengarkan hal – hal yang dibicarakan adalah menciptakan kewibawaan. Mungkin
hal ini yang paling sulit dilakukan karena berkaitan hal-hal yang berlebih
dititikberatkan pada aspek spiritual. Kewibawaan dapat diartikan sebagai
wewenang yang diakui, bukan karena jabatan resmi yang diduduki. Faktor pertama
yang perlu diperhatikan adalah soal penampilan (fisik). Memang perlu diakui
bahwa aspek kecantikan atau ketampanan juga memegang peranan. Akan tetapi, yang
lebih penting lagi adalah sikap tindakan yang nyata dari pembicara, atau
penampilannya yang simpatik.
Langkah yang ketiga adalah menciptakan landasan
pengetahuan yang sama. Di sini terasa benar pentingnya data awal yang dapat
diperoleh pembicara sebelum publik speaking. Dalam hal ini
pembicara seyogyanya menyesuaikan taraf pengetahuan dengan pihak khalayak.
Kalau itu sudah tercipta, barulah pembicara berusaha “menggiring” khalayak ke
taraf pengetahuan yang lebih tinggi dengan jalan membantu khalayak untuk hari
esok. Usaha-usaha untuk menyesuaikan diri dengan taraf pengetahuan khalayak
untuk kemudian membimbingnya ke taraf yang lebih tinggi akan merangsang
khalayak untuk bertanya atau memberikan tanggapan pada kesempatan diskusi
nantinya.
4. Usaha untuk Memengaruhi Khalayak
Pembicara tentunya harus berusaha untuk memengaruhi
khalayak agar tujuan – tujuan tertentu dapat dicapai. Cara – cara dan tahap –
tahap yang harus dilaksanakan dan dilalui sangat tergantung pada tujuan dan isi
pesan yang ingin disampaikan. Agar diperoleh suatu gambaran yang jelas, akan
dikemukakan suatu contoh, dimana pembicara berfungsi sebagai pembaharu atau
pengubah (change agent; agentof development).
Kalau seorang pembicara berfungsi sebagai pembaharu,
pertama – tama yang dilakukannya adalah mengembangkan suasana, yang memerlukan
adanya suatu perubahan. Kadang – kadang seorang pembaharu perlu menyadarkan
khalayak bahwa ada sesuatu yang perlu diubah untuk mencapai tingkat kehidupan
tertentu. Mula – mula pembicara mengemukakan masalah yang sama-sama dihadapi,
misalnya, rendahnya taraf hidup dan manusia harus senantiasa berusaha
meningkatkan taraf hidupnya dengan berikhtiar. Selain itu, pembicara juga harus
menyakinkan khalayak bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk mengubah keadaan
menjadi lebih baik.
Sesudah mengemukakan hal itu, pembicara harus dapat
menciptakan keadaan yang baik. Artinya, khalayak mulai menghargai pembicara
sehingga hubungan yang serasi itu harus tetap dipelihara dengan baik. Kegiatan
itu merupakan langkah kedua yang seyogyanya dilasanakan pembicara yang
berfungsi sebagai pembaharu.
Pada langkah atau tahap ketiga, pembicara mencoba dan
mengajak khalayak untuk menggadakan diagnosis terhadap keadaan yang dihadapi.
Dalam tahap harus dijelaskan mengapa timbul masalah, dan mengapa selama ini
masalah-masalah tidak dapat ditanggulangi. Namun, diagnosis ini hendaknya
dilandaskan pada kepentingan khalayak dan bukan pembicara.
Selanjutnya pada langkah keempat pembicara berusaha
untuk menanamkan keinginan agar keadaan yang dihadapi diubah. Artinya,
pembicaraan diarahkan pada usaha agar khalayak mempunyai keinginan atau hasrat
yang kuat untuk mengubah keadaan sehingga dapat diduga bahwa pada suatu waktu
keinginan tadi akan berubah menjadi tindak – tindakan yang nyata.
Pada tahap kelima pembicara seyogyanya berusaha untuk
menjelaskan keuntungan dan kerugian sebagai akibat terjadinya perubahan. Sudah
tentu hasil akhir yang diharapkan adalah perubahan yang terjadi akan
mengakibatkan lebih banyakkeuntungan dari pada kerugian. Dengan cara demikian,
pembicara berusaha membentuk opini khalayak kearah yang positif bagi pemenuhan
kebutuhannya.
Contoh lain yang dapat disajikan adalah mengenai
tujuan untuk memperkuat norma-norma yang dianut dan diterapkan. Misalnya
golongan masyarakat yang dihadapi sebagai khalayak adalah warga yang patuh pada
peraturan lalu lintas. Mereka harus diberikan atau disajikan hal – hal yang
menguntungankan apabila patuh dibandingkan dapat mengidentifikasikan dirinya
dengan khalayak. Identifikasi ini tidak akan mungkin terjadi apabila sejak
semula timbul kesan, bahwa pembicara menempatkan diri pada posisi yang lebih
tinggi dari khalayak. Kesan ini timbul apabila semenjak semula pembicara
membanggakan dirinya secara berlebih-lebihan. Biasanya hal ini terjadi pada
waktu pembicara memperkenalkan dirinya.
Akan tetapi, kadang-kadang pembicara perlu menempatkan
dirinya pada posisi yang lebih tinggi. Namun, hendaknya hal itu dilakukan hanya
sebagai taktik saja, karena kadang-kadang yang dihadapi adalah khalayak yang
semenjak semula menganggap bahwa ceramah yang akan diberikan (misalnya) tidak
penting. Kadang-kadang dijumpai juga khalayak yang menganggap pembicara adalah
orang yang “baru” muncul dalam bidangnya sehingga masih berstatus pemula.
Langkah kedua yang perlu dilakukan agar khalayak
mendengarkan hal-hal yang dibicarakan adalah menciptakan kewibawaan. Mungkin
hal ini yang paling sulit dilakukan karena berkaitan hal-hal yang lebih
dititikberatkan pada aspek spiritual. Kewibawaan dapat diartikan sebagai
wewenang yang diakui, bukan karena jabatan resmi yang diduduki. Faktor pertama
yang perlu diperhatikan adalah soal penampilan (fisik). Memang perlu diakui
bahwa aspek kecantikan atau ketampanan juga memegang peranan. Akan tetapi, yang
lebih penting lagi adalah sikap tidak nyata pembicara, atau penampilannya yang
simpatik.
Langkah yang ketiga adalah menciptakan landasan
pengetahuan yang sama. Disini terasa benar pentingnya data awal yang diperoleh
pembicara sebelum publik speaking. Dalam hal ini pembicara seyogyanya
menyesuaikan taraf pengetahuannya dengan pihak khalayak. Kalau itu sudah
tercipta, barulah pembicara berusaha “menggiring” khalayak ke taraf pengetahuan
yang lebih tinggi dengan jalan membantu khalayak untuk berabstraksi sedikit
melalui pemberian contoh – contoh yang diambil dari kehidupan sehari – hari.
Usaha-usaha untuk menyesuaikan diri dengan taraf pengetahuan khalayak untuk kemudian
membimbingnya ke taraf yang lebih tinggi akan merangsang khalayak untuk
bertanya atau memberikan tanggapan pada kesempatan diskusi nantinya.
Contoh lain yang dapat disajikan adalah mengenai
tujuan untuk memperkuat norma-norma yang dianut dan diterapkan. Misalnya,
golongan masyarakat yang dihadapi sebagai khalayak adalah warga yang patuh pada
peraturan lalu lintas. Mereka harus diberikan atau disajikan hal-hal yang
menguntungkan apabila patuh dibandingkan dengan perbuatan-perbuatan yang
melanggar peraturan yang dijatuhkannya sanksi yang merupakan penderitaan sebab
ada kemungkinan bahwa pelanggar peraturan lalu lintas melakukannya karena
pertimbangan-pertimbangan cost and benefit yang dilandaskan pada
perhitungan ekonomis belakang, tanpa menyadari bahwa akibatnya mungkin lebih
luas daripada yang diduga.
5. Kemampuan – Kemampuan yang Diperlukan
Seorang pembicara seyogyanya mempunyai berbagai
kemampuan agar dapat melakukan publik speaking dengan baik dan benar.
Kemampun-kemampuan tersebut hanya akan dapat dipunyai apabila yang bersangkutan
mempunyai wawasan yang luas karena banyak membaca, peka terhadap
masalah-masalah di sekitarnya, dan secara cepat merekam kejadian-kejadian yang
penting. Hal-hal itu kemudian dapat diolah secara sistematis sehingga menjadi
kesatuan yang relatif utuh.
6. Penutup
Keterkaitan antara publik speaking dengan sosiologi
komunikasi tampaknya terletak pada kenyataan bahwa publik speaking pada
hakikatnya merupakan penerapan konsep-konsep sosiologi komunikasi tertentu. Hal
ini bukan berarti bahwa seorang pembicara senantiasa harus merupakan sarjana
sosiologi, yang mengkhususkan diri dalam sosiologi komunikasi. Hal yang penting
adalah bahwa seorang pembicara mengetahui atau memahami aspek-aspek sosiologi
kehidupan masyarakat. Apalagi kalau pengetahuan tersebut ditambah dengan
pengetahuan dibidang ilmu – ilmu sosial lainnya seperti antropologi, psikologi
sosial, ekonomi dan seterusnya, pengetahuannya semakin lengkap (demikian pula
halnya dengan kemampuan yang bersangkutan).
Hal yang penting adalah rajin melatih diri berbicara
di depan umum dengan memberikan penyajian yang akurat mengenai masalah yang
diketengahkan. Seorang public speaker harus senantiasa berterus
terang, namun dilandaskan pada perhitungan yang mantap. Hal yang juga penting
adalah pantangan untuk mempopulerkan diri dengan jalan mendiskreditkan pihak –
pihak lain yang dijadikan kambing hitam, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Seorang pembicara harus mampu menerapkan berbagai
peranan tertentu sekaligus. Misalnya, dia harus pandai menyesuaikan diri denga
khalayak; namun di lain waktu dia juga harus mampu menempatkan diri pada
kedudukan yang lebih tinggi ataupun lebih rendah daripada khalayak; semata-mata
untuk membentuk opini yang positif.
Demikianlah beberapa catatan mengenai publik speaking,
yang semata-mata didasarkan pada mudahan-mudahan rekaman pengalaman sendiri.
Mudahan-mudahan rekaman pengalamanini dapat dimanfaatkan demi kebaikan.