5.01.2012

Menulis: Karena Kami ingin Mengabadi


Langit teduh, cuaca cukup bersahabat siang itu. Jarum jam melenggang sempurna melewati angka 1. Suasana kampus tidak seramai biasanya. Tepat di hari sabtu, 31 Maret 2012. Proses perkuliahan dalam seminggu memang telah terhenti sehari sebelumnya. Namun, itu tak berarti kehidupan kampus pun ikut terhenti seiring berlalunya Hari Juma’t. Meski tak seramai biasa, koridor KOSMIK masih berdamai dengan gitar dan helm-helm yang tergeletak menghampiri rapi. Seakan  memberi pesan bahwa, kami tak sendiri.

***Kelas Menulis pertama***
Biro Baruga tengah rutin melaksanakan pelatihan menulis yang dikemas dalam Kelas Menulis. Kelas Menulis pertama dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2012. Nurul Ichsani, yang akrab disapa Kak Yuyu menjadi pemateri pertama yang dengan ikhlas membagi ilmunya. Dalam bingkai pembahasan “Liputan Umum dan Liputan Khusus” proses memberi dan menerima ilmu berjalan dengan sangat lancar.
Kanda Yuyu tengah menjelaskan mengenai materi terhadap peserta kelas menulis I foto : Meike
Diawali dari sebuah perkenalan hangat dengan apa sebetulnya Liputan Umum dan Liputan Khusus itu. Dan diakhiri dengan pembacaan masing-masing berita yang dibuat dalam kurun waktu kurang dari 30 menit dengan melihat beberapa gambar pilihan. Ibarat secangkir teh hangat, yang diseduh sebelum hangatnya menghilang. Seperti itulah, materi yang disajikan. Setelah lama berdamai dengan teori, dengan definisi, dll maka nampaknya lebih bijak jika pembahasan tidak hanya terhenti pada tataran itu saja. Setelah menerima materi maka dilanjutkan pula dengan praktek. Masing-masing dari tulisan dibacakan. Bukan bermaksud untuk menghakimi tentunya, tapi bukankah kritiklah yang mendewasakan kita? Kalau tidak ada kritik bagaimana cara kita berbenah? Banyak kali, zona aman bukanlah pilihan.
***Kelas Menulis kedua***
12 April 2012, menghampiri pukul 17.00 WITA, koridor KOSMIK tak kunjung lengang. Ada banyak suara yang terdengar, ada banyak hentakan kaki, ada banyak pasang mata yang melirik. Di atas karpet berwarna biru, dengan semburat cahaya senja dari matahari yang turun perlahan di balik cakrawala di seberang sana, pertemuan kedua kelas menulis pun dimulai. Rahmad M. Arsyad atau yang akrab disapa Abang Rahmad membagi ilmunya dalam bingkai “Menulis dengan Pendekatan Wacana Ilmu Komunikasi”.

Abang Rahmad sedang membagi ilmu dengan adik-adik peserta kelas menulis II Baruga foto by : Denny
Menulis adalah proses dimana kita mulai berdamai dengan pergulatan-pergulatan yang tadinya hanya ada di dalam pikiran kita dengan rentetan huruf, kata, kalimat hingga menjadi sebuah paragraf yang utuh. Secara sedikit berbeda, Abang Rahmad mengatakan bahwa menulis adalah proses dimana kita bersetubuh dengan pikiran kita hingga melahirkan tulisan sebagai anak kita.
Inti dari sebuah komunikasi adalah pesan. Tak terkecuali dengan menulis. Dalam menulis yang terpenting adalah kita tahu persis pesan apa yang ingin disampaikan dengan bantuan pemahaman yang mendalam terhadap apa yang ingin ditulis.
Menulis menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan Membaca. Tak lupa, Abang Rahmad menyelipkan pesan itu di sela pembicaraannya. “perbanyak bacaan, pelajari buku-buku asli (asing). Saya pernah, membaca terjemahan dari buku yang mau saya jadikan referensi untuk tulisan saya tapi kata-katanya jadi sangat sulit untuk dimengerti. Akhirnya, saya minta bantuan K’Sam..salah satu senior kita yang masih di Australia sekarang. Akhirnya dia mengirimkan teks aslinya. Dan ternyata, arti yang sesungguhnya sangat jauh dengan apa yang saya dapat sebelumnya.” Itu yang sempat sedikit terekam dari Abang Rahmad. bayangkan saja, teks asli dengan penggunaan bahasa asing lalu kemudian diterjemahkan secara berulang-ulang, bukan tidak mungkin maksud yang ingin disampaikan akan kabur entah kemana.
“Ikatlah ilmu dengan Menulis” demikian anjuran Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Menulis bagi sebagian orang menjadi pelarian tak terdefinisi. Untuk Abang Rahmad dan mungkin juga kita menganggap menulis adalah sebuah proses untuk menuju keabadian. Tulisan kita adalah “kita”. Ibarat refleksi dari siapa dan bagaimana sebetulnya kita melihat diri kita dan sesuatu di luar kita. Menulis, karena kami ingin mengabadi semoga menjadi stimulus tersendiri buat masing-masing dari kita. Untuk menulis, dan tak lupa memabaca. Mari menulis, mari mengabadi!
Mari berproses menuju keabadian di kelas menulis selanjutnya ^_^