Mengenal sosiologi harus
diawali dengan mengenal bagaimana kehidupan di sekitar kita, bagaimana kita
berhubungan dengan orang lain, dan bagaimana kehidupan bermasyarakat. Sebagian
besar dari kita memahami sosiologi sebagai ilmu kemasyarakatan. Padahal
sosiologi membahas lebih dalam dari sekedar ilmu kemasyarakatan. Sosiologi
adalah suatu ilmu pengetahuan yang obyek studinya adalah masyarakat. Sosiologi
memusatkan kajianya pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok
tersebut. Bagaimana adat istiadat, tradisi, nilai-nilai hidup, pengaruh antar
kelompok, proses interaksi, dan sebagainya.
Dalam sebuah konsentrasi ilmu terdapat paradigma yang
mengiringi jalannya ilmu tersebut. Beberapa ahli telah mengemukakan pendapatnya
tentang paradigma sosiologi. Paradigma sosiologi dipandang dari studi ilmu
komunikasi, akan menghasilkan berbagai teori dan pemahaman baru. Paradigma
Konflik Sosial, berbicara tentang paradigma ini berarti membicarakan bagaimana
sebuah dominasi itu terjadi. Baik dalam kelas sosial, ras, etnik, gender, umur,
dan sebagainya. Dalam pandangan ilmu komunikasi misalnya, dalam sebuah keluarga
pendapat Ayah biasanya dianggap selalu benar dan posisinya selalu disegani,
dibanding anggota keluarga lain. Atau misalnya dalam komunikasi organisasi, ada
tokoh yang memprovokasi suatu masalah pasti akan mendominasi argumen yang ada
untuk melawan oposisinya. Meskipun tokoh pendukungnya banyak. Paradigma
Interaksi Simbolis, merupakan paradigma yang membahastentang bagaimana
masyarakat berbagi, berinteraksi dengan sekitarnya sehingga membentuk sebuah
konstruksi yang membangun terhadap sebuah makna. Identitas kelompok, hak-hak,
kewajiban, dan aturan yang berlaku dalam kelompok itulah hasil dari paradigma
tersebut. Dalam pandangan komunikasi dapat dicontohkan dengan , dalam suatu
wilayah terdapat sekolompok orang yang memiliki perbedaan kepribadian. Tiap
orang berhak untuk berdapat, namun juga berhak untuk diam jika pendapatnya menyakiti
orang lain. hal ini semata karena makna yang terkandung dari setiap perbuatan
itu akan mempengaruhi orang lain. Paradigma struktur fungsional, sebuah
paradigma dimana setiap struktur sosial di dalam masyarakat memiliki peran
masing-masing dan saling berhubungan satu sama lain terhadap sistem operasi
kemasyarakatan itu sendiri. dalam fenomena komunikasi misalnya, sebuah isu
tentang penculikan yang terjadi “karena Facebook” akhir-akhir ini merupakan
hasil dari peran struktur sosial yang kurang berhasil menjaga stabilitasnya.
Bagaimana peran keluarga menjaga anak, bagaimana masyarakat dapat memahami
fungsi facebook itu sendiri, bagaimana pengguna facebook dapat menggunakannya
dengan baik, dan seterusnya hingga pemerintah. Paradigma Etnometodologi, paradigma
dimana masyarakatlah yang memahami situasi disekitarnya sendiri. Individu atau
kelompok dalam masyarakat memaknai proses, prosedur, dan metode hidup manusia,
mencari tahu, memahami, dan bertindak berdasarkan akal sehat dan ilmu
pengetahuan yang positif. Hal ini terjadi ketika sebuah isu besar sedang di
beritakan di layar kaca. Seperti kasus Century yang setiap hari disiarkan
langsung. Masyarakat yang mengikuti jalannya proses tersebut akan memaknai
sendiri bagaimana akhir kasus tersebut sebagaimana proses yang mereka jalani
meski hanya dari layar kaca. Hal ini juga bisa dicontohkan dengan proses
wawancara yang terjadi antara wartawan dan narasumber dimana wartawan bertanya
dan narasumber menjawab, mereka memiliki cara sendiri dalam memaknai pertanyaan
dan jawaban yang ada, dari sebuah proses wawancara. Paradigma Feminis Moderen,
membahas segala hal tentang dominasi pria, perbedaan status gender, juga
bagaimana keadilan gender dapat direalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat.
Hal ini terlihat pada fenomena perfilman Indonesia. Sebagian besar film yang
notabene bersutradara laki-laki apalagi yang berbudget rendah dan itu film
komedi ataupun horor, akhir-akhir ini muncul dengan eksploitasi tubuh
perempuan. Hal ini pasti merugikan bagi para feminis. Sosiologi merupakan dunia
yang cukup luas untuk dibahas begitu juga jika di gabungkan dengan konsep
komunikasi. Dengan tuntunan Paradigma yang ada, sosiologi komunikasi akan
menjadi sangat kompleks namun menarik.
Artikel
Hal 20
Publik speaking atau
berbicara kepada umum merupakan suatu kegiatan yang berintikan pada interaksi
sosial. Interaksi sosial merupakan suatu hubungan dimana terjadi proses saling
memengaruhi antara para individu, antara individu dengan kelompok, maupun
antarkelompok. Proses interaksi demikian merupakan salah satu lingkup sosiologi
sebagai ilmu dan juga sosiologi komunikasi sebagai salah satu pengkhususannya. Sosiolgi
merupakan suatu ilmu yang menelah dan menganalisis kehidupan bersama manusia
serta akibat-akibatnya yang mungkin dilanjutkan dengan suatu proyeksi.
Interaksi sosial sebagai suatu lingkup sosiologi berintikan pada komunikasi
sehingga sudah sewajarnya apabila tumbuh pengkhususan dalam wujud sosiologi
komunikasi. Dalam tulisan ini akan dibahas beberapa aspek sosiologi komunikasi yang
berkaitan erat dengan publik-speaking. Artinya,telah akan ditunjukan pada
masalah – masalah sosiologi komunikasi yang perlu dipertimbakan oleh seseorang
atau suatu pihak yang berbicara kepada umum. Dasar uraian ini adalah semata –
mata pengalaman sebagai pendidikan dan pengajar yang dalam pekerjaan
sehari-hari banyak berhubungan dengan umum khususnya sivitas akademika dan
pihak-pihak lainnya dalam rangka pengabdian masyarakat. Oleh karena itu, hal –
hal yang bersifat teoretis konsepsional tidak akan ditemukan dalam tulisan ini.
Seorang publik speaking akan menghadapi khalayak tertentu, yang terdiri lebih
dari satu orang dengan jumlah maksimal yang kadang-kadang tidak dapat
ditentukan batas-batasnya. Kadang-kadang khalayak tersebut mempunyai derajat
heterongenitas (keanekaragaman) yang relatif tinggi sehingga kemungkinan
menghadapi khalayak yang benar-benar homogen secara sempurna hampar-hampir
tidak terjadi. Heterogenitas itu mungkin ada dilihat dari sudut kebudayaan
khusus yang dianut, orientasi politik yang berbeda, latar belakang pendidikan
informal dan formal yang berlainan,agama yang tidak sama, suku yang tidak
seragam, dan seterusnya. Sejalan dengan taraf heterogenitas umum yang relatif
tinggi,sedang atau rendah tersebut, khalayak yang dihadapi mungkin juga
mempunyai masalah yang berbeda. Dalam hal ini biasanya ada kemungkinanbahwa
dalam hal-hal tertentu ada masalah – masalah umum yang dialami oleh khalayak
tersebut,yang dipergunakan sebagai patokan umum untuk memberikan public
speech. Tidak mustahil bahwa khalayak yang dihadapi mempunyai taraf
kecerdasan yang berbeda – beda. Salah satu akibatnya adalah bahwa taraf
kemampuan untuk memahami hal-hal yang disampaikan oleh pembicara juga berbeda.
Hal ini tidak saja disebabkan karena latar belakang pendidikan, tetapi juga
karena pengalaman dan taraf peluang pergaulan yang terbatas. Karena khalayak
terdiri dari orang banyak,sulit diciptakan hubungan batiniah antara pembicara
dengan khalayak. Dengan demikianlah, hubungan antara pembicara dengan khalayak
biasanya bersifat impersonal.Khalayak hanya mengenl pembicara sebagai orang
dalam fungsi tertentu, misalnya, sebagai juru penerang di bidang Keluarga
Berencana, penyuluh hukum, penyuluh pertanian, dan lain sebagainya. Dalam batas
– batas tertentu pun pembicara mengenal khalayak hanya dari permukaan belakang
sehingga kepribadian masing – masing berada di luar jangkauan pengetahuanya.
Dengan demikian, pembicara tidak mungkin memenuhi kepentingan semua pihak yang
merupakan khalayak tersebut. Dalam menghadapi khalayak yang beranekaragam latar
belakangnya seorang pembicara harus mampu membuat tolak ukur yang seragam
terlebih dahulu. Di antara sekian banyaknya perbedaan, pasti akan ada hal – hal
yang sama. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah meminta data mengenai
khalayak yang akan dihadapi (artinya, sebelum publik speaking berlangsung).
Tidak perlu dicari data yang lengkap;cukup beberapa catatan awal saja sehingga
pembicara tidak buta sama sekali mengenai orang-orang yang dihadapinya.