MATA KULIAH
FILSAFAT SOSIAL
“ Ruang Lingkup Filsafat Sosial”
Disusun Oleh : Kelompok 1
(Ilmu Komunikasi)
Muh. Aswan Pratama (E31110102) Fakhyar
Rusyid (E31110254)
Muh. Rizki Ali (E31110104) Erwin
(E31110255)
Deny Pratama (E31110260) Muh. Idham (E31108008)
Ahmad syarif (E31108271) Fitrian
Sakinah (E31110901)
Isma Ariyani (E31110264) Ayu adriyani (E31110001)
Nurul inayah (E31110258) Diah Rahmayanti (E31110251)
Amaliah Zulhilmi (E31110114) Aghni Rizkika. D (E31110006)
Anindyati R. W (E31110257) Mariessa. G (E31110002)
RUANG LINGKUP FILSAFAT SOSIAL
A.
Pengertian
Filsafat Sosial
Filsafat sosial
merupakan cabang dari filsafat yang mempelajari persoalan sosial kemasyarakatan
secara kritis, radikal dan komprehensif. Sejak kelahirannya filsafat sosial
telah mendekonstruksi pemahaman masyarakat bahwa tidak selamanya apa yang ada
dikolong langit telah langsung diatur oleh kekuasaan Tuhan untuk
selama-lamanya.
Filsafat Sosial dewasa ini
sangat dirasakan kepentingannya. Hal ini didasarkan pada perubahan dan kemajuan
yang bersama-sama dialami oleh umat manusia banyak sekali berbagai persoalan
yang dimintai perhatian, khususnya yang menyangkut kehidupan sosial manusia.
Dalam bukunya, Suryo
Ediyono menjelaskan bahwa Filsafat
sosial adalah filsafat yang mempertanyakan persoalan kemasyarakatan (society), pemerintahan (government) dan Negara (state).
Adapun ruang lingkup
dalam filsafat social adalah sebagai berikut:
·
Mempertanyakan dan membicarakan
persoalan dalam masyarakat (society)
dalam individualisme.
·
Persoalan individual dalam hubungannya
dengan Negara
·
Persoalan yang menyangkut hak-hak asasi
dan otonomi
·
Persoalan keadilan social (justice) dan
social cooperation
·
Persoalan keadilan (justice) dan kebebasan (freedom)
·
Persoalan antara moral dan hukum
·
Persoalan masalah moral dan kebabasan (morality and freedom)
·
Persoalan masalah ilmu-ilmu sosial.
Bahan
materiil filsafat sosial adalah sesuatu yang
dapat menyelediki berbagai bidang dalam masyarakat, maka kita dihadapkan pada
kenyataan bahwa manusia hidup bersama dengan sesama manusia, bahwa mereka
bersama menimbulkan keadaan keadaan hidup materiil dan rohaniah yang sebaliknya
memberikan pengaruh pada mereka. Hal ini dapat disaksikan secara lahiriah
maupun batiniah. Lahiriah dapat berbentuk, pergaulan diantara mereka, saling
bercakap-cakap, dsb. Batiniah dapat diaplikasikan melalui segala norma-norma
yang tidak tampak.
Bahan
formil filsafat sosial, saling kaitan dengan bahan
materiil filsafat sosial namun bahan formil filsafat sosial ini dapat ditinjau
dari sisi Relasi Perseorangan dan Relasi sosialnya. Relasi perseorangan itu
sendiri berlangsung dari subjek ke subjek. Motif atau dasar relasi ini adalah
dasar kebajikan dan kehormatan orang lain. Contoh relasi ini seperti rasa
simpati, cinta kasih antar manusia, juga terima kasih dan rasa hormat. Sedangkan
relasi sosial adalah relasi yang mempersatukan sejumlah orang karena adanya
suatu objek Nampak yang menengahinya. Objek inilah yang membentuk relasi
sosial, mungkin materiil dan mungkin idial. Oleh karena itu, terkadang sulit
membedakan antara relasi perseorangan dan relasi sosial sebab keduanya saling
memengaruhi, relasi sosial termasuk dalam relasi perseorangan begitu pun
sebaliknya.
B. Hubungan filsafat sosial dan
sosiologi.
Sosiologi
yang pernah diperlakukan sebagai filsafat sosial, atau filsafat sejarah, muncul
sebagai ilmu sosial yang mandiri pada abad ke-19. Auguste Comte, seorang
Prancis, secara tradisional dianggap sebagai bapak sosiologi. Comte
terakreditasi dengan coining dari sosiologi istilah (tahun 1839).
"Sosiologi" terdiri dari dua kata: socius, yang berarti pendamping
atau asosiasi, dan logo, yang berarti ilmu atau belajar. Makna etimologis dari
"sosiologi" demikian ilmu masyarakat. John Stuart Mill, seorang
pemikir sosial dan filsuf abad ke-19, mengusulkan etologi kata untuk ini ilmu
baru. Herbert Spencer mengembangkan studi sistematis tentang masyarakat dan
mengadopsi kata "sosiologi" dalam karyanya. Dengan kontribusi dari
Spencer dan lain-lain itu (sosiologi) menjadi nama permanen dari ilmu baru.
Sosiologi
Sosiologi memaknai metode observasi dan berusaha
menerangkan sebab-musabab suatu gejala sosial yang konkrit dari keadaannya yang
lebih luas. Maka sosiologi tetap berada di bidang kejadian yang dapat diobservasi.
ü Fase pertama
dapat dikatakan metode Histori. Dalam fase ini, dibahas suatu gejala sosial
tersendiri bersama dengan elemen-elemen yang dapat diobservasi. Dalam artian
memahami peristiwa masa silam kemudian menuntaskannya menjadi prinsip-prinsip
yang bersifat umum.
ü Fase kedua
berupa pengukuran kejadian-kejadian yang akan dibahas. Inilah tugas metode
statistic itu sendiri.
ü Fase ketiga
atau bisa disebut dengan Metode Komparatif yakni metode perbandingan.
ü Fase keempat
berupa penafsiran suatu hipotesis.
ü Fase kelima
dapat dikatakan metode Case-Study yang didalamnya
mempelajari gejala yang nyata dalam kehidupan bermasyarakat berupa pembuktian
kebenaran hipotesa itu sendiri.
Filsafat Sosial
Filsafat
sosial menempuh kebalikan jalan observasi sosiologi. Sosiologi bermaksud untuk
mencapai pengetahuan yang selalu bertambah eksak tentang data positif. Filsafat
sosial itu adalah data ontology dari segala sesuatu yang bersifat sosial,
artinya inti sari dari hidup sosial itu dikembalikan ke pokok ada manusia. Yang
tercetus dalam setiap dan segala data sosial yang konkrit, misalnya hubungan
pokok perorangan dengan hidup bersama.
Dalam hal ini, aliran-aliran filsafat bersimpangan. Pandangan-pandangan
mengenai kepentingan umum, mengenai bentuk pemerintahan, dasar hukum dan
keadilan, bergantung pada tanggapan terhadap hubungan perorangan dengan
kehidupan bersama. Pandangan penting juga artinya untuk penentuan norma-norma
untuk mengatur segala konkrit hubungan antar manusia.
Untuk
mendapat pengeathuan normative tentang pengaturan tata tertib sosial, filsafat
sosial melalui 2 fase :
ü Fase
pertama dibahas hubungan perorangan dalam kehidupan bersama.
ü Fase
kedua mengenai normative yang konkrit untuk tindakan sosial.
Jadi,
tergambar jelas perbedaan antara Filsafat sosial dan Sosiologi. Walaupun pada
dasarnya objek materiil dari objek penelitian kedua bidang ini sama, yakni
Pengalaman sosial. Perbedaan antara filsafat sosial dan sosiologi dapat dilihat
dari table berikut :
PERBEDAAN
|
||
NO
|
Filsafat Sosial
|
Sosiologi
|
1
|
Berdasarkan
pengalaman sosial/kenyataan sosial
|
Berdasarkan
aspek objektif (statistic, grafik, angket, dll)
|
2
|
Bersifat
Holistik
|
Bersifat
parsial
|
Kedua
perbedaan diatas membawa kepada pemahaman lebih lanjut bahwa filsafat sosial
jauh dari melihat kenyataan sosial pada permukaan, mencoba memasuki dimensi
sosial dari eksistensi manusia secara mendalam, menyelediki makna dan nilai-nilainya
dan mencoba merumuskan gambaran manusia yang utuh demi makna hidupnya yang
penuh arti.
Harus
dikatakan bahwa sama dengan ilmu-ilmu sosial, filsafat sosial bersifat ilmiah,
artinya bekerja dalam batas-batas kemungkinan dan kemampuan pengetahuan.
Filsafat sosial dalam arti ini tidak hanya melukiskan kenyataan dan sifat-sifat
dasar sosialisitas manusia melainkan juga menyiasati dan mengolah kenyataan
sosial itu ke arah pengembangannya yang optimal, yang masih perlu diwujudkan.
Dalam arti ini filasafat sosial bisa
juga disebut etika sosial. Sebab pembicaraannya tidak terlepas dar pesoalan
norma tingkah laku sosial.
C.
Manfaat Filsafat Sosial
S. Takdir Alisyahbana
menulis dalam bukunya: filsafat itu dapat memberikan ketenangan pikiran dan kemantapan
hati, sekalipun menghadapi maut. Dalam tujuannya yang tunggal (yaitu kebenaran)
itulah letaknya kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara
kerja manusia yang lain. Kebenaran dalam arti yang sedalam-dalamnya dan
seluas-luasnya baginya, itulah tujuan yang tertinggi dan satu-satunya.
Bagi manusia,
berfilsafat itu bererti mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya
dengan perasaan tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang
sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam, atau pun kebenaran. Radhakrishnan dalam
bukunya, History of Philosophy, menyebutkan: Tugas filsafat bukanlah sekadar
mencerminkan semangat masa ketika kita hidup, melainkan membimbingnya maju.
Melihat fenomena
masyarakat yang begitu banyak terjadi problema sosial, seperti kesenjangan
kelas sosial antara Si kaya dan Si Miskin, penguasaan kekuasaan alam, bahkan
sampai pada problema yang paling sensitive yakni masalah ketersinggungan
kemanusiaan dan kemasyrakatan. Disinilah peran dan manfaat Filsafat sosial yang
sesungguhnya yakni memelihara dan menjaga nilai kenyataan sosial yakni aspek
teknis dan aspek kemanusiaan.