BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Manajemen berasal dari bahasa Prancis
kuno yaitu ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur.
Karenanya, manajemen dapat diartikan sebagai ilmu dan seni tentang upaya untuk
memanfaatkan semua sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efesien.
Manajemen dipandang dari berbagai
perpektif yang ada, mempunyai dasar yang kuat yang tidak terlepas dari
perpaduan antara ilmu dan seni. Manajemen sebagai suatu seni, disini memandang bahwa
di dalam mencapai suatu tujuan diperlukan kerja sama dengan orang lain. Intinya
bagaimana cara memerintahkan pada orang lain agar mau bekerja sama.
Pada hakekatnya kegiatan manusia pada
umumnya adalah managing (mengatur) untuk mengatur disini diperlukan suatu seni,
bagaimana orang lain memerlukan pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.
sebagai ilmu adalah melihat bagaimana manajemen dihubungkan dengan Seni dalam
manajemen yaitu membentuk manusia menjadi lebih efektif dari yang sudah dan
sedang mereka lakukan tanpamasyarakat lain. Ilmu adalah pada bagaimana anda
melakukannya, yaitu: planning, organizing, directing dan monitoring.
Sehingga manajemen prinsip-prinsip manajemen dan telah di organisasi menjadi
teori.
Oleh karena itu, Dosen mata kuliah Administrasi kita,
memberikan tugas untuk mencari bagaimana sejarah manajemen sebagai ilmu dan
seni. Sebagai tugas kita sebagai seorang mahasiswa yang dapat menunjang nilai
kita dan tentunya memperluas pengetahuan khususnya dalam mata kuliah
Administrasi.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar
belakang masalah yang
telah dikemukakan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: Bagaimanakah sejarah manajemen sebagai ilmi dan seni?
C.
TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui
sejarah manajemen sebagai ilmu dan seni.
D.
MANFAAT PENULISAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai sumbangan pengetahuan bagi pengembangan sumber daya manusia.
Manfaat Praktis.
a.
Bagi mahasiswa
Diharapkan tugas ini dapat menjadi refrensi walaupun
isinya masih sederhana.
b.
Bagi Penulis
Diharapkan tugas ini dapat bermanfaat
untuk menambah wawasan berfikir dalam rangka menerapkan teori yang sudah
diterima di bangku kuliah dan dapat dijadikan sebagai sarana pengembangan
keterampilan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Manajemen
Banyak kesulitan yang terjadi dalam
melacak sejarah manajemen. Beberapa orang melihatnya (dengan definisi) sebagai
konseptualisasi modern yang terlambat (dalam hal modernitas yang terlambat).
dalam istilah tersebut manajemen tidak memiliki sejarah pra-modern, hanya
merupakan pertanda. Beberapa orang lainnya, mendeteksi aktivitas
mirip-manajemen di masa pra-modern akhir. beberapa penulis melacak perkembangan
pemikiran manajemen pada pedagang-pedangan Sumeria dan pembangun piramid Mesir.
Para pemilik budak selama berabad-abad
menghadapi permasalahan eksploitasi/memotivasi budak yang bergantung namun
terkadang suka melawan (memaksa otoritas), namun banyak perusahaan pra-industri,
dengan skala mereka yang kecil, tidak merasa terdorong ungtuk menghadapi
permasalahan manajemen secara sistematis. namun, inovasi seperti penyebaran
sistem angka Hindu-Arab (abad ke-5 hingga ke15) dan kodifikasi kesekretariatan
entri-ganda (1494) menyediakan perangkat untuk penilaian, perencanaan dan
kendali manajemen.
Beberapa penulis melacak pengembangan manajemen sejauh
perdagangan di Sumeria dan
pembangunan piramid di Mesir.
Bidang
pelajaran manajemen berkembang dari ekonomi dalam abad 19. Pelaku Ekonomi
klasikAdam
Smith dan John
Stuart Mill memberikan teori teori pengaturan sumber daya|
pengaturan sumber daya, produksi dan penetapan
harga. Pada saat yang hampir bersamaan, penemu seperti Eli
Whitney, James
Watt, dan Matthew
Boulton mengembangkan teknik produksi seperti Penetapan
standar, prosedur kontrol kualitas, akuntansi biaya, penukaran
bahan, dan perencanaan kerja. Seperti
Pada
pertengahan abad 19, Robert
Owen, Henry
Poor, dan M.
Laughlin dan lain-lain memperkenalkan elemen manusia dengan teori
pelatihan, motivasi, struktur organisasi dan kontrol
pengembangan pekerja.
Pada akhir abad 19, Pelaku
ekonomi marginal Alfred
Marshall dan Leon
Walras dan lainnya memperkenalkan lapisan baru yang kompleks ke
teori manajemen. Pada 1900an manajer
mencoba mengganti teori mereka secara keseleruhan berdasarkan sains.
Teori pertama tentang manajemen yang
lengkap muncul sekitar tahun 1920. Orang seperti
Henry
Fayol dan Alexander
Church menjelaskan beberapa cabang dalam manajemen dan hubungan
satu sama lain.
Peter
Drucker menulis salah satu buku paling awal tentang manajemen
terapan: “Konsep Korporasi” (Concept of the Corporation), diterbitkan
tahun 1946. Buku ini
muncul atas ide Alfred
Sloan (chairman dari General Motors) yang
menugaskan penelitian tentang organisasi.
H. Dodge, Ronald Fisher, dan Thorton C
Fry memperkenalkan teknik statistika ke dalam
manajemen. Pada tahun 1940an, Patrick Blackett mengkombinasikan teori statistika
dengan teori mikroekonomi dan lahirlah
ilmu riset
operasi. Riset operasi, sering dikenal dengan “Sains Manajemen”,
mencoba pendekatan sains untuk menyelesaikan masalah dalam manajemen, khususnya
di bidang logistik dan operasi.
Mendekati akhir abad 20, manajemen terdiri dari beberapa
bidang terpisah, termasuk:
- Manajemen Sumber daya manusia
- Manajemen
operasi atau produksi
- Manajemen strategi
- Manajemen pemasaran
- Manajemen keuangan
- Manajemen informasi teknologi
B.
Seni dan Ilmu
Manajemen
Manajemen adalah suatu
fenomena sosial yang telah ada sejak adanya seseorang menggunakan orang lain
untuk memenuhi keinginanya, dalam hal ini manajemen, adalah seni. Seni
merupakan suatu keterampilan seseorang untuk mencapai hasil nyata sesuai dengan
yang diharapkan. Jadi hakekat seni, adalah suatu keberhasilan yang nyata dan
baik walaupun sifatnya relatif (tergantung pada orang, waktu, tempat dan
keadaan).
Dewasa ini manajemen
juga telah dipandang sebagai sebuah ilmu karena telah dapat memenuhi
kaidah-kaidah keilmuan, yaitu dapat diuraikan secara sistematis, mengandung
prinsip, dalil, rumus, hukum dan teori yang diperoleh dari hasil pengalaman,
pengamatan, pemikiran dan penelitian secara objektif, universal serta dapat
dibuktikan kebenaranya berdasarkan kenyataan yang ada. Artinya ilmu, adalah
sesuatu yang dapat dipelajari dan diajarkan sedangkan hakekat ilmu, adalah
sebagai suatu kenyataan yang objektif, logis dan universal.
Oleh sebab itu
betapapun majunya manajemen sebagai suatu ilmu sifat seninya tidak mungkin
hilang, manajemen akan tetap selaku ilmu yang berseni (artistic science)
disamping seni yang ilmiah (scientific art). Orang memimpin apa saja
asal tahu apa yang diperlukan dan dapat memenuhinya sehingga akan menjadi
seorang pemimpin yang baik. Seseorang yang memimpin usaha swasta dan atau
pemerintahan hanya berbeda dalam lingkupnya saja tetapi dalam banyak hal sama.
Manajemen Atas Dasar
Kerangka Ilmu Pengetahuan yang Sistematis
(Handoko, 1991:6)
Dari penjelasan di atas penulis dapat menambahkan kedudukan
manajemen dalam beberapa aspek antara lain:
1.
Manajemen sebagai ilmu pengetahuan (management as a science)
adalah bersifat interdisipliner yang mana mempergunakan bantuan dari ilmu-ilmu
sosial, filsafat dan matematika.
2.
Manajemen sebagai suatu sistem (management as a system)
adalah kerangka kerja yang terdiri dari beberapa komponen/bagian, secara
keseluruhan saling berkaitan dan diorganisir sedemikian rupa dalam rangka
mencapai tujuan organisasi
3.
Manajemen sebagai suatu fungsi (management as a function)
adalah suatu rangkaian kegiatan yang masing-masing kegiatan dapat dilaksanakan
tanpa menunggu selesainya kegiatan lain, walaupun kegiatan tersebut saling
berkaitan dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi
4.
Manajemen sebagai suatu proses (management as a process)
adalah serangkaian tahap kegiatan yang diarahkan pada pencapaian suatu tujuan
dengan pemanfaatan semaksimal mungkin sumber-sumber yang tersedia
5.
Manajemen sebagai suatu profesi (management as a profession)
adalah suatu bidang kegiatan atau bidang keahlian tertentu, antara lain profesi
di bidang kedokteran, bidang teknik dan bidang hukum
6.
Manajemen sebagai kumpulan orang (management as people /
group of people) adalah suatu istilah yang dipakai dalam arti kolektif untuk menunjukkan
jabatan kepemimpinan di dalam organisasi antara lain kelompok pimpinan atas,
kelompok pimpinan tengah dan kelompok pimpinan bawah
C.
Sejarah Manajemen
sebagai Ilmu
Organisasi usaha yang
diarahkan oleh beberapa orang dan bertanggung jawab atas perencanaan,
pengorganisasian, pemimpin, dan pengendalian kegiatan telah ada sejak ribuan
tahun lalu. Piramida Mesir serta Tembok Besar Cina merupakan bukti nyata bahwa
proyek yang ukurannya luar biasa besar, telah menggunakan puluhan ribu manusia,
telah dilaksanakan jauh sebelum zaman modern. Siapa yang memberitahukan
masing-masing pekerjaan dan apa yang harus dilakukan?
Jawabanya adalah
manajemen tanpa mempedulikan apa sebutan para manajer saat itu, seseorang harus
merencanakan apa yang perlu dilakukan, mengorganisasikan manusia serta bahan
untuk melaksanakannya, memimpin dan mengarahkan para pekerja, dan menegakan
pengendalian tertentu guna menjamin bahwa segala sesuatunya dikerjakan menurut
rencana. Praktik manajemen lainnya dapat disaksikan selama tahun 1400-an di
kota Venesia, Italia, sebuah pusat penting perekonomian dan perdagangan.
Penduduk Venesia mengembangkan suatu bentuk awal bisnis dan terlihat dalam
banyak kegiatan yang sekarang lazim bagi organisasi, misalnya jalur perakitan
yang membakukan produksi, sistem penyimpan dan pergudangan untuk memantau
isinya, fungsi personalia (pengelolaan sumber daya manusia), yang dibutuhkan
untuk mengelola angkatan kerja, dan suatu sistem akunting yang mencatat
pendapatan dan biaya.
Contoh dari masa lalu
ini memperlihatkan bahwa organisasi dan manajemen telah ada dan dipraktekan
selama ribuan tahun lalu. Namun baru pada beberapa ratus tahun yang lalu
terutama pada Abad XX manajemen mengalami penyelidikan secara sistematis,
menghimpun kumpulan pengetahuan yang sama dan menjadi sebuah disiplin ilmu yang
diformat untuk dipelajari. Dua peristiwa sejarah yang penting telah pula
memainkan suatu peran dalam memajukan kajian manajemen.
Adam Smith (1776) menerbitkan sebuah
doktrin ekonomi klasik:
The Wealth of National, Smith mengemukakan
keuntungan-keuntungan ekonomis yang akan diperoleh organisasi dan masyarakat
dengan pembagian kerja. Sebagai contoh Smith mengatakan, bahwa jika sepuluh
orang pada pabrik peniti telah melakukan pekerjaan khususnya masing-masing maka
akan bisa menghasilkan kurang lebih 48.000 peniti sehari. Namun seandainya
setiap orang bekerja sendiri mulai dari awal proses sampai akhir proses untuk
menghasilkan peniti sehari maka sudah hebat bila mereka mampu menghasilkan
sepuluh peniti sehari. Kesimpulan Smith, bahwa pembagian kerja jelas bisa
meningkatkan produktivitas dengan meningkatkan ketrampilan dan menghemat waktu
yang lazimnya hilang dalam pergatian tugas serta dengan menciptakan berbagai
mesin dan penemuan yang menghemat tenaga kerja.
Revolusi Industri,
dengan memanfaatkan tenaga mesin sehingga lebih ekonomis untuk memproduksi
barang secara massal. Berbagai pabrik besar ini jelas memerlukan keterampilan
manajemen terutama untuk:
1.
Meramal permintaaan,
2.
Menjamin kecukupan
banyak bahan mentah yang siap untuk membuat produk-produk,
3.
Memberi tugas-tugas
kepada orang-orang untuk mengarahkan kegiatan sehari-hari,
4.
Mengkoordinasikan
berbagai macam pekerjaan, dan menjamin agar tetap berada dalam kondisi baik.
Selanjutnya
perkembangan teori-teori manajemen telah dicirikan oleh berbagai macam pendapat
tentang apa yang harus dilakukan para manajer dan bagaimana harus
mengerjakannya. Para pendukung manajemen ilmiah dan para ahli teori adminitrasi
umum disebut sebagai teori klasik sebab tulisan mereka menentukan kerangka
kerja bagi banyak ide-ide sekarang ini mengenai manajemen.
Manajemen tradisional
(art management) sebagai suatu sistem (aliran) kepemimpinan yang
mendasarkan cara kerjanya secara tradisional (turun-temurun). Aliran ini
berpandangan, bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin apabila dia keturunan
seorang pemimpin (pemimpin sebagai suatu warisan). Selain itu ada juga yang
berpandangan, bahwa seseorang menjadi pemimpin karena memiliki sifat yang lebih
menonjol di dalam kelompoknya, seperti keberanianya, kewibawaanya maupun
aktivitasnya.
Manajemen sebagai ilmu (scientific management), mulai dikenal sejak
munculnya beberapa pelopor dalam manajemen, diantaranya yaitu :
1.
Tulisan Charles
Babbage di Inggris tahun 1832 yang berjudul The Economy of Manufacture sebagai
sebuah laporan hasil penelitian tentang Time Study pada pabrik peniti. Tulisan
ini pada dasarnya menekankan arti pentingnya efesiensi waktu bagi para pekerja
dan jumlah biaya yang pasti dikeluarkan dalam setiap proses produksi. Namun
sangat disayangkan tulisan ini pada waktu itu belum mendapat sambutan yang
hangat di masyarakat.
2.
Tulisan Frederick W.
Taylor tahun 1911 yang berjudul Principles of Scientific Management sebagai
sebuah laporan hasil penelitian mengenai Time and Motion Study pada pabrik
baja. Taylor menyimpulkan bahwa pemborosan waktu, tenaga kerja dan bahan-bahan
lebih disebabkan karena pengawasan kerja yang tidak (kurang) efektif.
Kesimpulan itu didasarkan atas hasil pengamatanya terhadap ukuran (tipe) dan
perhitungan beberapa tindakan dari para pekerja pada waktu mengolah berbagai
bahan dan bekerjanya mesin. Dari hasil penelitianya itu Taylor telah menunjukan
kepada masyarakat dan pemerintahnya, bahwa:
a.
Pada beberapa contoh
yang sederhana terlihat, bahwa banyak sekali tindakan manusia di dalam
masyarakat yang tidak (kurang) efisien,
b.
Memberikan suatu
keyakinan umum, bahwa untuk mengobati ketidak efisiensi tersebut melalui
perbaikan di bidang manajemen,
c.
Membuktikan manajemen
yang paling baik, adalah scientific management berdasarkan hukum, aturan dan
prinsip yang jelas.
Kemudian menunjukan
tugas-tugas manajer dalam setiap pelaksanaan pekerjaanya, yaitu :
a.
Selalu berusaha
menggantikan cara-cara kerja yang hanya didasarkan pada pengalaman dan bakat
dengan cara-cara kerja yang ilmiah.
b.
Menekankan
pengembangan manajemen dengan latihan keilmuan dan pemilihan tenaga-tenaga
kerja secara selektif.
c.
Mewujudkan kerjasama
yang baik antara manajer dengan para pelaksana untuk mencapai efesiensi yang
maksimal.
d.
Penyempurnaan
pembagian kerja dan pendelegasian wewenang serta tanggung jawab melalui
perencanaan dan pengorganisasian kerja yang ilmiah. Taylor mempunyai sistem
yang disebut dengan Functional Foremanship dengan cara membagi pekerjaan dalam
dua golongan besar, yaitu:
e.
Pekerjaan yang
memerlukan pemikiran, yakni bagian perencanaan (planning),
f.
Pekerjaan yang
bersifat teknis pelaksanaan (workshop).
Sistem Pembagian Kerja
Manajemen (Zailani dan Antowijoyo, 1989:14)
Berdasarkan sistem
pembagian tugas (pekerjaan) yang telah dikemukakan tersebut terlihat, bahwa
Taylor menghendaki adanya spesialisasi tugas yang ditekankan pada ketepatan
waktu dalam bekerja dengan rancangan persiapan sebagai berikut:
1.
Pembagian kerja disusun
secara terperinci (mendetail),
2.
Seleksi para pekerja
untuk memilih keahlian,
3.
Latihan-latihan untuk
memperoleh kecakapan khusus secara mendalam.
Namun sistem yang
dikemukakan oleh Taylor masih memiliki beberapa kelemahan diantaranya:
1.
Bagi para pekerja,
perintah dari delapan orang itu bisa menimbulkan kesimpang-siuran sehingga
pekerjaanya tidak bisa tuntas,
2.
Tidak ada (jarang)
seseorang yang memiliki keahlian beraneka ragam,
3.
Tidak ada tanggung
jawab yang jelas terhadap hasil pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja.
Taylor berusaha
menciptakan suatu revolusi mental baik para pekerja maupun para manajer dengan
merumuskan pedoman tegas untuk memperbaiki efisiensi produksi. Taylor dapat
merumuskan empat prisip manajemen dan menegaskan, bahwa dengan mengikuti
prinsip itu akan dihasilkan kemakmuran baik bagi para manajer maupun para
pekerja. Para pekerja akan mendapatkan upah lebih banyak dan para manajer akan
mendapatkan laba lebih besar. Keempat prinsip manajemen Taylor tersebut,
adalah:
1.
Kembangkan sebuah ilmu
bagi setiap unsur pekerjaan seseorang yang akan menggantikan kaidah ibu jari
yang sama,
2.
Secara ilmiah pilih,
latih, ajari dan kembangkan pekerja tersebut sebelum para pekerja memilih
sendiri pekerjaan mereka dan melatih diri mereka sendiri semampu mereka,
3.
Bekerjasamalah secara
sungguh-sungguh dengan para pekerja untuk menjamin bahwa semua pekerjaan
dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu yang telah dikembangkan,
4.
Bagilah pekerjaan dan
tanggung jawab secara merata antara pimpinan dengan para pekerja. Manajemen
mengambil alih semua pekerja yang lebih sesuai baginya ketimbang bagi para
pekerja.
Tulisan Henry Fayol
dalam bukunya yang berjudul General and Industrial Management (Manajemen Umum
dan Industri). Karya ilmiahnya ini cukup membahas tentang beberapa syarat umum
seorang top manajer dan beberapa prinsip umum dari manajemen yang menurutnya
dapat diterapkan pada segala kegiatan manajer baik di kalangan bisnis maupun
pemerintahan. Apabila dibandingkan dengan tulisan Taylor maka tulisan Fayol ini
dapat melengkapi kelemahan teori taylor tersebut karena pada dasarnya Fayol
mengajukan tiga pokok persoalan, yaitu:
Pembagian pekerjaan,
dalam hal ini menurut Fayol setiap kegiatan dalam perusahaan umumnya dapat
dibagi dalam 6 fungsi, yaitu:
a.
Fungsi teknis (produksi),
b.
Fungsi komersial
(pembelian dan penjualan),
c.
Fungsi finansial
(pengadaan dan penggunaan dana),
d.
Fungsi akuntansi
(pembukuan termasuk statistik)
e.
Fungsi security
(jaminan terhadap barang dan personel),
f.
Manajemen.
D.
Sejaerah Manajemen Sebagai Seni
Selain manajemen sebagai ilmu, manajemen juga dianggap
sebagai seni.
Hal ini disebabkan oleh kepemiminan memerlukan kharisma, stabilitas
emosi, kewibawaan, kejujuran, kemampuan menjalin
hubungan antaramanusia yang semuanya itu banyak ditentukan oleh bakat
seseorang dan tidak dapat dipelajari.
Dalam kenyataannya manajemen sulit dedifenisikan karena
tidak ada defenisi manajemen yang diterima secara universal. Chaster I Bernard
dalam bukunya yang berjudul The function
of the executive, bahwa manajemen yaitu seni dan ilmu, juga Henry Fayol,
Alfin Brown Harold, Koontz Cyril O’donnel dan Geroge R. Terry. Mary Parker
Follet pun mendefenisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan
melalui orang lain. Hal ini berarti bahwa para manajer untuk mencapai tujuan
organisasinya harus melalui kerjasama orang lain untuk melaksanakan berbagai
tugas yang mungkin dilakukan. Manajemen memang bisa berarti seperti itu, tetapi
bisa juga mempunyai pengertian lebih dari pada itu.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Pada hakekatnya kegiatan manusia pada
umumnya adalah managing (mengatur) untuk mengatur disini diperlukan suatu seni,
bagaimana orang lain memerlukan pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.
sebagai ilmu adalah melihat bagaimana manajemen dihubungkan dengan Seni dalam
manajemen yaitu membentuk manusia menjadi lebih efektif dari yang sudah dan
sedang mereka lakukan tanpamasyarakat lain. Ilmu adalah pada bagaimana anda
melakukannya, yaitu: planning, organizing, directing dan monitoring.
Sehingga manajemen prinsip-prinsip manajemen dan telah di organisasi menjadi
teori.
2.
Saran
Kepada dosen
mata kuliah ini, kiranya dapat memberikan sebuah model pembelajaran yang lebih
baik dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anbu.
(2004). Manajemen sebagai Seni dan Ilmu.
Bandung: Raja Grafindo Persada
Gunawan, Imam.(2008). Sejarah Manajemen. Kediri Jawa
Timur: Bumi Aksara