5.17.2012

SEMANGAT TANPA BATAS MILIK SIAPA SAJA



Sangat tidak mungkin semangat itu hanya milik orang-orang yang belum pernah mencoba. Sulit hanya dengan kosakata orang yang tidak mau berlatih, dan gagal adalah perbendaharaan kamus orang yang terlalu cepat menyerah. Ungkapan yang keluar dari penulis membuka awal tulisan dengan nada tinggi yang miris melihat bangsa tercinta hari ini.
Ungkapan penulis di atas lebih menjurus pada hal yang mustahil adanya, ibarat kita melakukan sesuatu hal tanpa menerima sebuah kegagalan atau sedikit kesalahan, dalam arti singkat harus sukses atau harus sempurna. Jika dilihat dari sisi lain, ungkapan ini merupakan sebuah ungkapan yang besar maknanya, bayangkan saja bahwa ungkapan tersebut bisa menyemangati kita pada kondisi dan situasi apapun, baik itu siswa, mahasiswa, pekerja, wiraswasta dan lain-lain. Bahkan dalam kondisi tertekan karena pekerjaan yang menumpuk atau mungkin karena ada batu sandungan kegagalanpun terasa mudah kita lewati.
Memang untuk menempuh sebuah kesuksesan pasti ada batu sandungan berupa kegagalan, dan kegagalan itulah yang membuat seseorang menjadi besar bagi mereka yang tak berputus asa tentunya. Karena kegagalan itu adalah kesuksesan yang tertunda. penulispun dalam menulis essay ini banyak melalui batu sandungan yang bahkan dapat meruntuhkan semangat penulis, dan terkadang ungkapan penyemangat inilah yang membangkitkan semangat itu. Dan pastinya pertolongan Sang Khalik sehingga penulis dapat melalui semua rintangan dan menyelesaikan tulisan ini.
Membicarakan masalah semangat. dalam arti sempit penulis dapat katakana semangat itu abstrak tidak dapat dilihat dari perilaku manusia, entah yang mana dikatakan semangat dan tidak semangat. Terkadang kita tertipu dengan orang yang kita lihat saat ini, ada yang tekun dan serius melakukan suatu hal akan tetapi setengah hati, ada juga yang malas-malasan dan tak serius akan tetapi sekuat hati. Apakah salah satunya bisa dikatakan semangat?
Semangat adalah perasaan yang sangat kuat yang dialami oleh setiap orang, dan setiap orang tentunya memiliki semangat itu, ntah kadarnya berapa banyak, entah kapan semangat itu muncul. Perasaan itu abstrak, tidak dapat kita gambarkan dengan pikiran. Namun, tujuan utama membicarakan semangat menurut penulis adalah untuk menguak perbedaan antara semangat yang dialami dalam manusia secara umum dan semangat yang dibicarakan dalam pedoman manusia.
Sedangkan dalam arti lebih luas penulis menempatkan semnagat untuk mengungkapkan minat yang menggebu dan pengorbanan untuk meraih tujuan, dan kegigihan dalam mewujudkannya. Apakah penting atau tidak, setiap orang punya tujuan yang ingin dia raih sepanjang hidupnya. Antusiasme, yang sering ditujukan untuk keuntungan material, juga mengemuka ketika nafsu keduniaan dibicarakan. Sebagian orang berusaha untuk menjadi kaya, untuk memiliki karir yang cemerlang atau jabatan yang prestisius, sementara yang lain berusaha untuk tampil lebih unggul atau untuk meraih prestise, penghormatan, dan pujian.
Sebagai contoh, setiap orang memahami tekad yang ditunjukkan oleh seorang siswa SMA untuk lulus Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN), antusiasme seseorang yang diterima untuk menduduki jabatan yang diinginkan di sebuah perusahaan, atau ambisi dan upaya yang dilakukan untuk menggolkan transaksi bisnis yang diharapkan akan sangat menguntungkan. Ada satu ciri umum yang menonjol dalam semua ini antusiasme menimbulkan karakter kuat dan khas pada seseorang yang kecil kemungkinannya akan muncul jika tidak ada semangat. Risiko-risiko yang dalam keadaan normal dihindari akan diambilnya demi mewujudkan suatu tujuan. Pengorbanan diri yang belum pernah dilakukan sebelumnya, dilakukan tanpa ragu-ragu. Memang, orang mungkin akhirnya memperoleh kekuatan yang besar baik dalam pengertian material dan spiritual dengan menggunakan pengetahuannya dan kemampuannya secara maksimal.
Ada cerita menarik sewaktu penulis kecil dulu. Penulis banyak dikenalkan berbagai simbol bangsa, mulai bendera merah putih, lagu kebangsaan, dan pakaian adat. Pada setiap 17 Agustus jalanan kota dipenuhi anak-anak berkarnaval dengan kostum dari Sabang sampai Merauke. Setiap dusun dibuatkan gapura benuansa perjuangan, beberapa pekan yang diisi lomba makan kerupuk sampai membawa kelereng dengan sendok digigit. Puncaknya, upacara pukul 09.30 di Istana Negara dengan petugas paskibra yang telah dilatih berbulan lamanya.
Dalam pikiran penulis kala itu, masalah selebrasi yang dilakukan orang-orang sekitar rumah paling nomor satu, memang tidak membuat letusan kembang api yang bergaung sampai masuk ke CNN atau BBC seperti Amerika Serikat merayakan independence day-nya, tapi masyarakat Indonesia sadar betul pentingnya hari kemerdekaan. Kemerdekaan yang berarti lahirnya sebuah bangsa, mulai berjalan di atas kakinya sendiri.
Hampir 66 tahun, dan itu waktu yang sangat lama. Manusia dengan usia yang sama sudah dapat bersekolah sampai Strata 3, bahkan kalau mau sudah jadi profesor, dan tak mustahil mampu menemukan teori baru dunia. Kakek berusia 66 harusnya tak lagi memikirkan bagaimana untuk bisa makan, bagaimana anaknya sekolah, dan rumahnya tak dibobol maling. Ya, tak semua kakek seusia itu dapat hidup mapan di kesenjaannya. Namun, bila kita lihat lagi kepada syair lagu tadi, kita harus sepakat kalau kakek ini bukanlah kaum papa. Hanya saja semua tidak untuk cuma-cuma, demi segala kemapanan ada cost yang harus dibayarkan: usaha besar.
Riwayat hidup Indonesia penuh coreng-moreng. Angka kriminalitas mencapai 209.673 kasus pada 2009, lalu dikolasekan dalam berbagai tayangan investigasi di televisi setiap siang, dengan tak tahu malu. Citra penegak hukum buruk. Susno Duadji dalam kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, yang melibatkan Ketua KPK Antashari Azhar, berhasil membuat kaumnya jadi public enemy masyarakat, yang diasumsikan dapat tutup mulut dengan lembaran alat tukar.
Gelapnya kelanjutan kasus Lapindo Brantas yang menyengsarakan rakyat pun menambah deretan keterpurukan Indonesia di usianya yang tua. Sistem pengamanan sumber daya alam kita yang buruk menyebabkan jumlah pembalakan liar mencapai 3,8 hektar per tahun. Ini cukup membuat merinding, membayangkan sebanyak apa milik kita yang tercuri. Gagal menjaga kayu-kayu di hutan, pulau tepian ‘kebanggaan’ kita pun digondol tetangga. Sipadan dan Ligitan mungkin hanya satu dari entah berapa yang tak terdeteksi, atau terdeteksi tetapi tak dipublikasikan.
Negara ini penuh masalah, hampir lengkap di segala sektor kehidupan. Takkan habis saat membahas mengenai kurikulum pendidikan yang berubah tiap tahun, ataupun korupsi yang masif. Dimana tiap tingkatan telah melakukannya dan pada akhirnya korupsi dianggap sebagai perilaku yang wajar. Kita sudah mengalami pergantian rezim sebanyak enam kali, tapi tetap bongkar pasang sistem yang masih serba coba-coba. Setiap memulai lembaran baru, pemerintahan kita tak melakukan pembangunan yang berkesinambungan, justru perombakan yang terus menerus tanpa pernah tahu bagaimana bentuk akhir perbaikan tersebut. Padahal mustahil sebuah perbaikan terjadi hanya dalam satu rezim saja dan segera dirobak pada rezim berikutnya. Seperti yang dikatakan Wyne W. Dryer, “When we are trying to learn new mental behavior we expect to try once, and have it become a part of us instantaneously.
Ribut di gedung DPR perihal Century, menambah catatan kelam Indonesia. Mereka yang dipilih dengan pesta besar berbiaya Rp 21,8 miliar seharusnya dijadikan panutan, sayangnya mereka malah bertindak bagai siswa labil yang tawuran di pinggir jalan. Atau malah sekedar anak kecil yang riuh bermain di playgroup – begitu kata Gus Dur. Saya benci untuk sadar bahwa ini budaya bangsa kita, mentalitas rakyat Indonesia.  Lebih pesimistis, sebagian orang mengatakan bangsa ini sudah terlalu berantakan sampai tak tahu harus memulai pembangunan dari sebelah mana, dan menggunakan sistem yang seperti apa.
Lantas apalah guna kita bersekolah? Manfaat apa yang para orang tua harapkan pada pendidikan mahal yang mereka bayarkan. Toh, manusia tidak harus berilmu kalau hanya ingin bertahan hidup, asalkan bisa makan dan berkembang biak. Namun, kita dituntut untuk hidup tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga orang lain, lebih luasnya untuk bangsa dan negara.
Salah bila kita hanya menyoroti tentang Indonesia di bulan Agustus saja. Jiwa nasionalisme memuncak, lalu mengendur lagi pada sebelas bulan lainnya. Bangsa ini tidak bodoh, kita tidak terbelakang. Hanya sebagian mereka yang pandai, yang terkena dampak perayaan sebulan tadi. Sibuk memperkaya diri, mematenkan jabatan, mengembangkan jaringan bisnis sampai ke negeri seberang tanpa ingat di desanya banyak yang butuh bantuan. Entah bagaimana perjuangan harus dilakukan dan sistem apa yang mau diimplementasikan.
Sebelum memikirkan itu semua, ada baiknya mengingat terlebih dulu tentang tanah tempat kita lahir, ditimang bunda, dan menghitung mundur waktu ajal tiba. Ingat pula bahwa kemerdekaan bukan hal remeh, bukan hanya dengan satu hari atau satu bulan negosiasi. Bukan pula agar kita dapat terdaftar ikut seleksi Piala Dunia. Indonesia lebih sakral dari itu semua. Sebelum memulai apapun, ada baiknya mengingat lagi bait terakhir dalam lagu tadi: “tenagaku bahkan pun jiwaku, kepadamu rela kuberi ”, maka apapun yang kita lakukan adalah demi negeri, semoga dapat membawa perubahan dan kemajuan.
Dan akhirnya sampai pada kegalauan yang luar biasa, apakah dengan masalah-masalah itu, semangat berjuang demi negara yang kala itu direbut dengan susah payah oleh pejuang 45 terbuang begitu saja? Apakah tumpahan darah yang mengalir dari tubuh pejuang terbuang begitu saja? yah, kembali lagi pada tiap individu. Sejauh mana kita dapat menggambarkan arti dan makna yang tersirat dari perjuangan mereka. Mereka yang dengan ikhlas dan penuh semangat tanpa batas mengusir penjajah dari tanah air beta ini.
Ke masalah yang sedikit rumit, di mana kebanyakan dari kita sering kali bermalas-malasan. Ini terlihat sewaktu kita bekerja di rumah pada umunya tanpa bos yang mengawasi, jika semangat kerja sangat renda, motivasi juga lemah maka sudah jelas akan sangat sulit untuk sukses jangka panjang. Boleh dikatakan, untuk menjalankan bisnis online dari rumah maka diri kita sendiri harus mampu menyemangati diri sendiri. Siapa lagi yang akan melakukannya selain diri sendiri.
Mungkin ada banyak juga orang-orang yang karena kebetulan mendapatkan peluang bisnis yang sedang booming dan mudah sekali dijalankan. Tanpa bekerja keras, ia pun mendapatkan hasil yang lumayan. Itu juga secara pasti bisa memicu motivasi dan semangat kerja menjadi lebih baik. Saya sering menyebutnya sebagai: semangat yang timbul karena hasil. Namun demikian akan ada masanya dimana keadaan sulit, kurang laris, tidak laku dan sebagainya. Ketika hal itu yang terjadi maka pandai menjaga semangat dan motivasi sendiri akan menjadi sangat bermanfaat.
Berusahalah untuk dekat dengan orang-orang bersemangat dan bermotivasi tinggi maka anda pun sedikit atau banyak akan ikut bersemangat. Kemudian temukanlah cara yang paling dapat memberi anda motivasi agar kegiatan anda kerja di rumah semakin produktif dan menyenangkan.
Bila kita lihat dari sisi filsafatnya, setiap orang pasti memiliki filosofi yang berpandangan bahwa “Hari ini harus lebih baik dari kemarin”. Pernyataan ini pun bisa dijadikan suatu motivasi seseorang dalam melangkah ke depan. Tidak ada seseorang yang ingin hari-harinya buruk, tapi pada kenyataannya tidak semua orang mendapatkannya.
Seperti diketahui motivasi merupakan faktor pendukung dominan seseorang untuk bisa meningkatkan produktivitas. Dengan adanya motivasi semangat kerja seseorang bisa makin terpacu. Maka tidak salah peningkatan semangat tanpa batas selalu dibarengi oleh motivasi hidup yang didapatkan. Entah dari mana datangnya semua kan berbuah manis kelak.
Sebuah cerita dari fakta penulis, berawal dari sebuah keluarga yang terdiri dari seorang ayah, ibu, dan dua orang anaknya bernama budi dan ayu. Menjelang liburan sekolah, sang ayah mengajak keluarganya untuk bertamasya dengan perjalanan laut. Si ayah berkata "Mam, Budi, ayu, bagaimana liburan sekolah ini, kita pergi tamasya di perjalanan laut?". Karena mendengar ajakan dari si ayah, anggota keluarga itu bersuka cita dan dengan semangat mereka menjawab "Perjalanan laut?? Wah asiikkkkk!!". Wajah-wajah kegembiraan mulai tampak dari raut wajah keluarga tersebut. Sinar-sinar kegembiraan menyinari hati dan pikiran mereka.
Libur sekolah sudah mulai tiba, sang ayah telah memesan tiket perjalan tour dari sebuah agen perjalanan. Dan akhirnya mereka pun dijemput oleh pihak tour travelnya, dan mereka pun menuju pelabuhan untuk memulai perjalanan tamasyanya. Diperjalanan mereka sangat bersuka cita. Tidak ada raut muka bermasam selama perjalanan itu. Semua bernyanyi dan tertawa dengan perasaan lega. Sang ayah merasa gembira karena pekerjaan selama ini, dan juga gembira karena bisa bertamasya dengan keluarganya. Begitu pula sang Ibu dan anak-anaknya yang juga senang bisa bertamasya dengan keluarga. Setelah sampai di pelabuhan, mereka pun masuk ke dalam kapal pesiar itu dan siap untuk bertamasya.
Kapal pesiar pun sudah mulai beranjak dari pelabuhan menuju perairan luas. Kapal itu berjalan menghalau deburan ombak kecil dan melewati hembusan angin dingin laut tersebut. Setelah sampai di pertengahan laut tersebut, tiba-tiba cuaca mulai berubah menjadi tidak bersahabat. Angin berhembus dengan kencang dan deburan ombak pun berlomba-lomba menuju kapal tersebut. Karena kapal tersebut tidak kuat menahan tekanan tersebut, akhirnya kapal itu menjadi karam di tengah laut. Keluarga itu menjadi panik karena kejadian tersebut terjadi secara tiba-tiba. Sang ayah memberi aba-aba kepada anggota keluarganya itu untuk saling berpegangan tangan. Anggota keluarga pun saling berpegangan tangan. Dan tanpa disangka, kapal itu semakin lama semakin tenggelam.
Kejadian itu membuat orang merasa bahwa tidak akan selamat. Tetapi sang Ayah dengan penuh semangat dan rasa sayang terhadap keluarganya, berusaha sekuat tenaga untuk menolong anggota keluarganya. Ibu dan 2 anak itu sudah mulai masuk ke air, dan si ayah pun dengan sekuat tenaga berenag ke arah si ibu dan kedua anaknya itu. Dengan susah payah si ayah menolong mereka. Padahal si ayah sendiri kaki dan tangannya sudah tergores pecahan kapal dan mengeluarkan darah yang cukup banyak. Tetapi ayah selalu berusaha dan berusaha untuk menahan sakit demi keluarganya. Si ayah berpikiran untuk rela mati demi keluarganya. Akhirnya mereka pun selamat karena ada patroli laut. Dan mereka pun di bawa ke daratan dan menuju rumah sakit.
Dari cerita diatas dapat kita ambil maknanya bahwa pengorbanan sangat diperlukan dalam hidup. Tentu pengorbanan itu didukung dengan semangat tanpa batas yang kuat dan tentu saja dengan cinta kasih. Seperti halnya orang yang tadinya kaya raya.
Hal ini digambarkan dari cerita di awal perjalanan tamasya keluarga tersebut. Mereka bersuka cita dengan kekayaannya itu. Tapi di perjalanan kehidupan ini, halangan pasti datang terjadi. Orang bisa kehilangan hartanya. Tetapi, kalau dengan kehilangan harta tersebut dan kita tetap semangat denga kita juga kaya mental, maka hal tersebut dapat bangkit lagi. Seperti keluarga yang hampir mati tenggelam tersebut.
Intinya semangat tanpa batas adalah milik siapa saja, orang kaya, orang miskin, orang tinggi, prang pendek, orang kecil, orang besar, orang tua, orang muda, dan lain-lain adalah mereka. Mereka yang memiki kekuatan tersembunyi dari dalam tubuh yang sukar ditebak dan akan menjadi rahasi yang akan keluar di saat yang tak terduga. salam semangat tanpa batas untuk mereka yang ceria.