Menurut DR. Suryo
Editono dalam bukunya Filsafat Sosial (2007: 2) mengemukakan bahwa:
Filsafat
berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philosophia,
philein yang berarti bijaksana dan philos
berarti teman. Selain itu untuk Sophos berarti bijaksana dan Shophia berarti kebijaksanaan. Jadi arti filsafat dari
segi etimologi adalah teman kebijaksanaan (kebijaksanaan dimaksudkan sebagai
benda). Dalam segi suatu sikap, filsafat adalah sikap terhadap alam kehidupan
dan alam semesta. Di mana problem-problem ditinjau secara luas, tenang, dan
mendalam.
Selain itu, dari akses
web (http://pakguruonline.pendidikan.net
/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_11.html) pada hari sabtu 19
Februari 2011jam 22.15 berpandangan bahwa:
Filsafat
adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep
dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai
suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu
secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan
segala hubungan.
Dari pengertian di
atas, dapat kami simpulkan bahwa pengertian dari filsafat adalah suatu
pandangan yang bijak, yang melihat suatu masalah secara meluas, menyeluruh,
tenang, dan mendalam dengan berbagai hubungan.
Jelaskan
Pengertian Objek Material dan Formal Filsafat?
Menurut
DR. Suryo Editono dalam bukunya Filsafat Sosial (2007: 4) mengemukakan bahwa:
Objek
Material adalah suatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran, sesuatu yang
diselidiki, atau sesuatu yang dipelajari. Sedangkan objek formal adalah cara
memandang atau meninjau yang dilakukan oleh seorang peneliti terhadap objek
materialnya, serta prinsip-prinsip yang digunakannya.
Sedangkan dalam web (http://cahyaulumuddin.multiply.com/ journal/item/19)
tanggal 19 Februari 2011 jam 22.18 mengemukakan bahwa:
Yang
disebut obyek material adalah
sasaran material suatu penyelidikan, pemikiran atau penelitian ilmu. obyek material dimaknai dengan suatu bahan yang menjadi
tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan. Obyek material juga berarti
hal yang diselidiki, dipandang atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Sedangkan
Obyek formal adalah
pendekatan-pendekatan secara cermat dan bertahap menurut segi-segi yang
dimiliki obyek materi dan menurut kemampuan seseorang. Obyek formal diartikan
juga sebagai sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu, atau sudut pandang darimana obyek material itu
disorot.
Dapat
kami simpulkan bahwa, obyek material merupakan suatu sasaran atau bahan yang
menjadi tinjauan penelitian. Sedangkan obyek formal merupakan suatu sudut
pandang atau pendekatan-pendekatan secara cermat dan tepat yang berlandaskan
pada obyek material dan kemampuan seseorang.
Jelaskan
Ciri-Ciri Berpikir Kefilsafatan?
Dalam memahami
suatu permasalahan, ada perbedaan tentang karakteristik dalam berfikir antara
filsafat dengan ilmu-ilmu lain. Mudhofir
dalam Muntasyir&Munir (2002: 4-5) mengatakan bahwa ciri-ciri berfikir
kefilsafatan sebagai berikut:
Cirri-ciri berfikir
kefilsafatan yaitu: 1) Radikal, artinya berpikir sampai ke akar-akarnya, hingga
sampai pada hakikat atau substansi yang dipikirkan. 2) Universal,
artinya pemikiran filsafat menyangkut pengalaman umum manusia. Kekhususan
berpikir kefilsafatan menurut Jespers terletak pada aspek keumumannya. 3) Konseptual,
artinya merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia. Misalnya:
Apakah Kebebasan itu; 4) Koheren atau konsisten (runtut).
Koheren artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir logis. Konsisten artinya
tidak mengandung kontradiksi. 5) Sistematik, artinya pendapat yang
merupakan uraian kefilsafatan itu harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung
adanya maksud atau tujuan tertentu. 6) Komprehensif, artinya mencakup
atau menyeluruh. Berpikir secara kefilsafatan merupakan usaha untuk menjelaskan
alam semesta secara keseluruhan. 7) Bebas, artinya sampai batas-batas
yang luas, pemikiran filsafati boleh dikatakan merupakan hasil pemikiran yang
bebas, yakni bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, bahkan
relijius. 8) Bertanggungjawab, artinya seseorang yang berfilsafat adalah
orang-orang yang berpikir sekaligus bertanggungjawab terhadap hasil
pemikirannya, paling tidak terhadap hati nuraninya sendiri.